Candi
Merak memang tidak setenar dan semegah Candi Prambanan. Mengingat bangunannya yang tingginya hanya 12 meter dan terdiri
dari satu candi induk yang menghadap ke timur dan tiga candi perwara yang semua menghadap ke
barat ke arah candi induk, ini tergolong candi yang kecil. Namun candi merak
juga masih dijadikan tempat beribadatan pemeluk agama Hindu. Setiap bulan
Januari, dilokasi ini digunakan untuk menjalankan upacara hari raya Saraswati. Candi
Merak terletak di Dukuh Candi, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten. Yang menjadikan
semakin unik, lokasi candi ini terletak di tengah-tengah pemukiman warga.
Candi ini dibangun pada zaman Mataram Hindu, era pemerintahan
Wangsa Syailendra yang menganut agama Hindu Syiwa. Candi ini ditemukan semasa
hindia-belanda sekitar tahun 1925. Berdiri di lahan yang ditumbuhi sebatang pohon joho raksasa, dan bangunan candi
sebagian besar tertimbun dalam tanah tepat di bawah pohon tersebut. Namun rindangnya pohon Joho raksasa ini menyebabkan banyak burung merak senang
bertengger diatas pohon, bahkan burung-burung merak juga membuat sarang di sekitar
candi.
Suatu ketika pohon joho raksasa tersebut roboh karena dimakan
usia. Di akar-akar pohon besar itu ternyata
tersimpan reruntuhan lain dari badan candi
beserta arca dan bebatuan lainnya. Kala itu candi yang ditemukan itu
belum memiliki nama, mengingat lokasi candi
dijadikan sebagai sarang burung Merak maka candi
tersebut dinamakan “Candi Merak”.
Beberapa keunikan candi
merak adalah keberadaan arca Ganesha pada
sisi luar badan candi. Arca Durga di relung candi memiliki enam tangan karena
pada umumnya arca Durga yang ditemukan di Indonesia kebanyakan memiliki delapan
tangan. Makara berbentuk kepala ular karena umumnya di
candi-candi di Indonesia, makaranya berbentuk kepala naga. Relief
lembu, naga, dan kura-kura pada bagian yoni, Yoni dengan relief
seperti ini termasuk langka karena biasanya yoni digambarkan polos atau dilengkapi
dengan ornamen naga, namun disini terdapat relief lembu, naga, dan kura-kura
pada yoni ; lembu merupakan kendaraan Siva sementara kura-kura dan yoni sebagai
lambang penyangga dunia. Relief tersebut menceritakan kebesaran Siva sebagai
Mahadewa.
Candi Merak mengaalami tiga tahap pemugaran.
Tahap pertama pemugaran pada tahun 2007 pada bagian kaki. Tahap kedua
pada tahun 2010 pada tubuh candi. Tahap ketiga pada tahun 2011
pada atap candi. Saat
dilakukan pemugaran, banyak struktur batu yang diganti, hal tersebut dikarenakan
kondisi batu-batuan yang lama sudah banyak yang rusak dan tidak bisa dipakai
untuk mendirikan candi. Kondisi Candi Merak saat ini terlihat sangat
indah dan terawat sehingga sangat potensial dikelola untuk pariwisiata, sebagai sarana
edukasi para pecinta sejarah, dan sangat bagus juga bagi para pecinta fotografi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar