Banyak yang berpendapat bahwa bangunan candi sukuh hampir mirip dengan tiga situs peradaban Suku Maya
yakni Chichen Itza dan
Chacchoben di
Meksiko, serta Candi Tikal di Guatemala. Juga sering dikaitkan
tentang ajaran membangun situs – situs ini dengan ajaran dari alien. Namun jika
di lihat lebih jauh, sangat banyak sekali perbedaan antara candi sukuh dengan
situs suku maya, dan tidak ada hubungan sama sekali dengan alien.
Sistem
tata letak candi sukuh yang rumit namun penuh keteraturan ini berhubungan dengan kemampuan dan kehebatan dari leluhur Jawa. Serta didorong dengan kepercayaan tentang pencapaian tertinggi dari
nilai-nilai sepiritualitas dan religi yang
dimanifestasikan dalam candi. Seakan menggambarkan perjalanan hidup
manusia dari kelahiran hingga menuju alam kesempurnaan.
Candi Sukuh merupakan salah satu candi Hindu
yang letaknya berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dukuh Berjo, Desa
Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Jaraknya tidak terlalu
jauh dari kota Solo.jauh
.
Situs candi ini diketahui penemuanya kembali pertama kali
oleh Johnson, residen Surakarta, tahun 1815 pada masa Britania
Raya di pulau Jawa. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah
masa Britania Raya berlalu, pada tahun 1842 seorang arkeolog Belanda bernama Van der Vlis melakukan penelitian
dan hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Prove Eener
Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Pada
tahun 1864-1867 penelitian terhadap candi
dilanjutkan oleh Hoepermans dan dilaporkan dalam bukunya yang
berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889 Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap
candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada tahun 1910.
Bentuk bangunan Candi
Sukuh memang tergolong istimewa, karena sangat berbeda dengan candi Hindu
lainnya di Pulau Jawa. Candi Hindu biasanya berbentuk bujur sangkar bangunannya
menjulang tinggi dengan kaya ornamen yang rumit dan pusatnya berada di tengah.
Namun Candi Sukuh justru memiliki bentuk lebih sederhana seperti piramida trapesium dan diperkirakan
struktur bangunan Candi Sukuh merupakan perpaduan agama Hindu dengan budaya
Megalitikum asli Jawa, yaitu punden berundak. Tata letak Candi Sukuh ini
memiliki tiga struktur teras yang bertingkat dan makin meninggi, bangunan
utama terletak paling ujung dan paling tinggi, tidak berada ditengah seperti
candi-candi lainnya.
Banyak yang menyebut Candi Sukuh sebagai candi yang paling erotis, dikarenakan banyaknya patung dan
relief lingga dan yoni (kelamin pria & wanita), baik secara simbolis maupun
naturalis. Menurut masyarakat Jawa, Lingga Yoni merupakan lambang kesuburan dan
relief-relief
itu melambangkan kesucian antara hubungan wanita dan pria. Melalui relief ini
terkandung pesan bahwa hubungan pria dan wanita bukan tentang melampiskan hawa
nafsu, tapi merupakan sesuatu yang sangat sakral yaitu merupakan cikal bakal
kehidupan manusia.
Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan teras,
dimana semakin kebelakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura
utama, dibagian atas gapura terdapat relief kepala Kala berjenggot, tidak seperti
relief kala di candi lain yang tidak memiliki jenggot. Pada
pipi gapura sebelah utara terdapat relief
raksasa sedang menelan orang, diperkirakan sebagai sengkalan
memet yang berbunyi gapura buta mangan wong = 1359 Saka. Pipi
gapura sebelah selatan terdapat relief
raksasa sedang menggigit ekor ular, diperkirakan sebagai sengkalan
memet berbunyi gapura buta anahut buntut = 1359 Saka. Dibagian lantai dasar gapura pertama
terdapat relief berbentuk phallus (penis) yang
menempel pada vagina (lingga Yoni) yang dibingkai dengan tali yang
melingkar di sekelilingnya. Simbol ini juga merupakan sengkalan memet yang
berbunyi “Wiwara Wiyasa Anahut Jalu “. Wiwara artinya goa suci, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk”, Anahut artinya
mencaplok, dan Jalu berarti laki-laki. bisa
di temui angka tahun 1359 Saka. Selepas gapura, terdapat beberapa
relief manusia yang menunggang kuda, kerbau, dan manusia yang menaiki
gajah dan diiringi babi hutan.
Banyak
pendapat bahwa Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal
atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat
ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Namun juga beredar mitos perempuan dapat diketahui status
keperawanannya dari melewati gapura ini. Jika lewat dan kembennya melorot
(kemben = salah satu busana adat jawa), perempuan itu diyakini sudah tidak
gadis. Namun kini kini pintu gapura
dipasangi pagar kayu dan digembok, hal Ini untuk menghindari
praktik dari kepercayaan yang salah akan mitos uji keperawanan perempuan di
pintu gapura tersebut.
Sebuah gapura berupa susunan batu persegi, tanpa ornamen
dan relief dan tanpa atap dengan enam anak tangga menjadi pintu ke teras kedua.
Di teras ini bisa ditemui tiga bentuk relief
yang menggambarkan seorang pria
dengan pajangan berbagai senjata di depannya, kemudian relief gajah dengan ikat
kepala (gajah pendeta) yang menggigit ekor, dan sosok Pande Besi (pengrajin peralatan
yang terbuat dari besi). Ada yang berpendapat bahwa relief gajah yang berada
ditengah merupakan sengkalan yang berbunyi “gajah wiku anahut buntut” (Gajah
pendeta menggigit ekor). relief ini dapat diartikan sebagai tahun
1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Angka tahun ini memiliki selisih hampir dua
puluh tahun dengan tahun dibangunnya gapura pertama Candi.
Namun ada pendapat lain yang mengatakan
relief tersebut menggambarkan tentang fungsi candi sukuh juga sebagai tempat
penggemblengan para prajurit dan kesatria jaman dahulu. Gajah yang mengenakan
ikat kepala dan menggigit ekor hewan melambangkan sosok yang kuat namun sudah
menjadi pendeta, dan akan memegang teguh janjinya. Pande besi dan seorang pria
dengan pajangan berbagai senjata melambangkan proses penempaan besi menjadi
senjata yaitu penggemblengan manusia agar memiliki jiwa kesatria.
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran
besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta
patung-patung di sebelah kanan. Secara
garis besar relief – relief yang terpahat di candi Sukuh terbagi menjadi empat yaitu Fragmen Garudeya, Fragmen
Sudhamala, Fragmen Bima Bungkus, dan Nawaruci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar