Jumat, 27 Oktober 2017

KEISTIMEWAAN CANDI SUKUH

Banyak yang berpendapat bahwa bangunan candi sukuh hampir mirip dengan tiga situs peradaban Suku Maya yakni Chichen Itza dan Chacchoben di Meksiko, serta Candi Tikal di Guatemala. Juga sering dikaitkan tentang ajaran membangun situs – situs ini dengan ajaran dari alien. Namun jika di lihat lebih jauh, sangat banyak sekali perbedaan antara candi sukuh dengan situs suku maya, dan tidak ada hubungan sama sekali dengan alien.

Sistem tata letak candi sukuh yang rumit namun penuh keteraturan  ini berhubungan dengan  kemampuan dan kehebatan  dari leluhur Jawa.  Serta didorong dengan  kepercayaan tentang pencapaian tertinggi dari nilai-nilai sepiritualitas dan religi yang  dimanifestasikan dalam candi. Seakan menggambarkan perjalanan hidup manusia dari kelahiran hingga menuju alam kesempurnaan.

Candi Sukuh merupakan salah satu candi Hindu yang letaknya berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Solo.jauh 
.
Situs candi ini diketahui penemuanya kembali pertama kali oleh Johnson, residen Surakarta, tahun 1815 pada masa Britania Raya di pulau Jawa. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa Britania Raya berlalu, pada tahun 1842 seorang arkeolog Belanda bernama Van der Vlis melakukan penelitian dan hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam bukunya  yang berjudul Prove  Eener  Beschrijten op Soekoeh en  Tjeto. Pada tahun 1864-1867 penelitian terhadap candi  dilanjutkan oleh Hoepermans dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889  Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel  dan WF. Stutterheim pada tahun 1910.

Bentuk bangunan Candi Sukuh memang tergolong istimewa, karena sangat berbeda dengan candi Hindu lainnya di Pulau Jawa. Candi Hindu biasanya berbentuk bujur sangkar bangunannya menjulang tinggi dengan kaya ornamen yang rumit dan pusatnya berada di tengah. Namun Candi Sukuh justru memiliki bentuk lebih sederhana seperti piramida trapesium dan diperkirakan struktur bangunan Candi Sukuh merupakan perpaduan agama Hindu dengan budaya Megalitikum asli Jawa, yaitu punden berundak. Tata letak Candi Sukuh ini memiliki tiga struktur teras yang bertingkat dan makin meninggi, bangunan utama terletak paling ujung dan paling tinggi, tidak berada ditengah seperti candi-candi lainnya.

Banyak yang menyebut Candi Sukuh sebagai candi yang paling erotis, dikarenakan banyaknya patung dan relief lingga dan yoni (kelamin pria & wanita), baik secara simbolis maupun naturalis. Menurut masyarakat Jawa, Lingga Yoni merupakan lambang kesuburan dan relief-relief itu melambangkan kesucian antara hubungan wanita dan pria. Melalui relief ini terkandung pesan bahwa hubungan pria dan wanita bukan tentang melampiskan hawa nafsu, tapi merupakan sesuatu yang sangat sakral yaitu merupakan cikal bakal kehidupan manusia.

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan teras, dimana semakin kebelakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama,  dibagian atas gapura terdapat relief kepala Kala berjenggot, tidak seperti relief kala di candi lain yang tidak memiliki jenggot. Pada pipi gapura sebelah utara terdapat relief  raksasa sedang menelan orang, diperkirakan sebagai sengkalan memet yang berbunyi gapura buta mangan wong = 1359 Saka. Pipi gapura sebelah selatan terdapat relief  raksasa sedang menggigit ekor ular, diperkirakan sebagai sengkalan memet  berbunyi gapura buta anahut buntut = 1359 Saka. Dibagian lantai dasar gapura pertama terdapat relief berbentuk phallus (penis) yang menempel pada vagina (lingga Yoni) yang dibingkai dengan tali yang melingkar di sekelilingnya. Simbol ini juga merupakan sengkalan memet yang berbunyi “Wiwara Wiyasa Anahut Jalu “. Wiwara artinya goa suci, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk”, Anahut artinya mencaplok, dan Jalu berarti laki-laki. bisa di temui angka tahun 1359 Saka. Selepas gapura, terdapat beberapa  relief manusia yang menunggang kuda, kerbau, dan manusia yang menaiki gajah dan diiringi babi hutan.

Banyak pendapat bahwa Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Namun juga beredar mitos perempuan dapat diketahui status keperawanannya dari melewati gapura ini. Jika lewat dan kembennya melorot (kemben = salah satu busana adat jawa), perempuan itu diyakini sudah tidak gadis.  Namun kini kini pintu gapura dipasangi pagar kayu dan digembok, hal Ini untuk menghindari praktik dari kepercayaan yang salah akan mitos uji keperawanan perempuan di pintu gapura tersebut.

Sebuah gapura  berupa susunan batu persegi, tanpa ornamen dan relief dan tanpa atap dengan enam anak tangga menjadi pintu ke teras kedua. Di teras ini bisa ditemui tiga bentuk relief yang  menggambarkan seorang pria dengan pajangan berbagai senjata di depannya, kemudian relief gajah dengan ikat kepala (gajah pendeta) yang menggigit ekor, dan sosok Pande Besi (pengrajin peralatan yang terbuat dari besi). Ada yang berpendapat bahwa relief gajah yang berada ditengah merupakan sengkalan  yang  berbunyi “gajah wiku anahut buntut” (Gajah pendeta menggigit ekor). relief ini dapat diartikan sebagai tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Angka tahun ini memiliki selisih hampir dua puluh tahun dengan tahun dibangunnya gapura pertama Candi.

Namun ada pendapat lain yang mengatakan relief tersebut menggambarkan tentang fungsi candi sukuh juga sebagai tempat penggemblengan para prajurit dan kesatria jaman dahulu. Gajah yang mengenakan ikat kepala dan menggigit ekor hewan melambangkan sosok yang kuat namun sudah menjadi pendeta, dan akan memegang teguh janjinya. Pande besi dan seorang pria dengan pajangan berbagai senjata melambangkan proses penempaan besi menjadi senjata yaitu penggemblengan manusia agar memiliki jiwa kesatria.

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.  Secara garis besar relief – relief yang terpahat di candi Sukuh terbagi menjadi empat  yaitu Fragmen Garudeya, Fragmen Sudhamala, Fragmen Bima Bungkus, dan Nawaruci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Candi Plaosan Lambang Toleransi dan Cinta Sejati

Jawa Tengah adalah salah satu privinsi di Pulau Jawa yang menyimpan jutaan sejarah tentang peradaban umat manusia. Betapa tidak, letaknya...