Sabtu, 28 Oktober 2017

Tips Tampil Cantik Berbagai Gaya Dengan Celana Jeans


Memadukan baju agar tampil cantik dan terlihat modis memang suatu keharusan. Karenanya kita harus terus berkreasi dengan mencoba mengkombinasikan baju dengan baik. Ada beberapa tips untuk memadukan sebuah celana jeans agar bisa  selalu terlihat modis dan menarik.
Sangat tepat sekali bagi kalian yang sangat memperhatikan penampilan dan tidak mau ribet dalam berpakaian. Dengan memakai celana jeans Anda bisa memperoleh lima gaya, dan ini sangat cocok bagi Anda yang suka dengan gaya santai, trendi, dan tetap terlihat cantik. inilah beberapa tips tampil lima gaya dengan celana jeans :
1. Double Denim. Anda dapat mengenakan bawahan jeans dan tentunya mengenakan atasan jeans juga. gaya seperti ini dapat membantu anda terlihat lebih seksi dan sedikit klasik. Apalagi jika anda kombinasikan dengan sepatu hak tinggi, semakin membuat anda terlihat sangat seksi dan lebih feminim.


2.    Dengan oversize blazer. Masih dengan bawahan jeans Anda bisa mengenakan atasan blazer oversize dengan warna yang senada dengan celana Anda. Gaya seperti ini bisa membuat anda cukup kece. Terlebih jika anda juga menggunakan sepatu kece.


3.   Bagi Anda yang suka penampilan simpel. Kenakan saja denim atau jaket kulit yang  kombinasikan dengan celana jeans Anda. Gaya seperti ini sangat pas digunakan ketika udara dingin atau bisa Anda pakai untuk jalan-jalan.


4. Kombinasi flannel dan topi keren. Untuk terlihat cantik memang tidak perlu aksesoris yang terlalu banyak. Karena cukup dengan memakai jeans, atasan flannel dan tambahan topi, Anda sudah bisa terlihat cantik kasual. Cocok sekali bagi remaja masa kini yang suka nongkrong dengan teman-temannya.

5.  Celana jeans dengan kemeja jeans. juga bisa di aplikasikan dengan menggunakan aksesoris seperti topi baseball misalnya. Pemilihan warna juga sangat penting dimana topi akan terlihat sangat keren jika warnanya lebih mencolok dan kontras dengan apa yang anda kenakan.

Dari lima gaya diatas memang mengarah ke konsep kasual yang memang cocok untuk remaja masa kini. Anda mungkin memiliki ide lain yang lebih baik dan mungkin bisa dipakai untuk tambahan referensi. Jadi hanya dengan celana jeans saja kita bisa mendapatkan berbagai model asalkan pintar memadukannya.


o Comments


Tampilkan Gaya Casual Dengan Celana Jeans Cheap Monday


Bersamaan dengan berkembang dunia fashion, kaum pria pun tak ingin ketinggalan. Salah satunya adalah gaya Casual. Banyak Kaum pria bergaya casual dengan celana-celana modis dan tampil makin trandy. Dengan menggunakan perpaduan kemeja ataupun kaos serta jaket, kaum pria juga menambahkan aksesoris seperti jam tangan, ikat pinggang, topi, atau dasi.

Dengan mengikuti perkembangan mode yang dipadukan dengan style masing-masing kaum pria akan tampil lebih percaya diri. Gaya casual bisa digunakan saat acara formal, semiformal atau nonformal sekalipun. Gaya casual lebih diminati karena tidak terkesan mewah tetapi tetap cocok digunakan. Gaya casual yang akan terlihat lebih menantang dengan celana jeans cheap Monday.


Pemilihan Celana jeans cheap Monday sangatlah tepat untuk kaum pria yang ingin tampil casual. Celana ini memang terlihat ramping sehingga terlihat mewah bila dipakai. Model celana seperti inilah yang menjadi gaya masa kini. Celana yang dipadukan dengan kemeja resmi dengan warna netral misalnya putih, biru muda, bahkan merah muda. Memadukan celana dengan kaos atau sweater juga sering dilakukan. Perpaduan gaya casual dan trandy juga bisa dipadukan yaitu menggunakan celana jeans dengan jas.

Celana Jeans Cheap Monday tersedia dengan beberapa warna, antara lain Black, Blue, lightblue, Dongker, garment. Celana ini bisa diperoleh di distro atau toko terdekat, namun seiring perkembangan jaman celana ini dapat di beli dari toko-toko online. Salah satu Toko Online yang terpercaya adalah NVRClothing, selain harga murah juga banyak pilihan lainya. Sehingga customer tidak perlu repot pergi kesana kemari.

Celana jeans Cheap Monday ini sangat casual sekali. Dengan berbahan premium jeans, celana ini tidak terlalu ketat sehingga sangat nyaman dipakai dalam semua kondisi. Tunggu apa lagi segera tampilkan gaya trendy casual anda dengan Celana Cheap Monday.


Jumat, 27 Oktober 2017

PESAN TERPAHAT DARI CANDI SUKUH

relief – relief yang terpahat di candi Sukuh menyimpan makna yang menggambarkan tentang tekat, keteguhan, dan ketulusan. Relief candi ini terbagi menjadi empat  yaitu Fragmen Garudeya, Fragmen Sudhamala, Fragmen Bima Bungkus, dan Nawaruci.       

a.      Fragmen Garudeya
Relief ini terletak di depan bangunan utama agak ke selatan, pada sudut kiri atas terdapat prasasti dalam huruf  berbunyi padamel rikang buku tirta sunya =1361 Saka. Pemahatan relief ini bersumber dari Kitab Mahabharata bagian pertama (Adiparwa).
Dikisahkan, pada suatu hari Sang Winata dan Sang Kadru, istri Bagawan Kasyapa, mendengar kabar tentang keberadaan seekor kuda bernama Uccaihsrawa, hasil pemutaran Gunung Mandara atau Mandaragiri. Sang Winata mengatakan bahwa warna kuda tersebut putih semua, sedangkan Sang Kadru mengatakan bahwa tubuh kuda tersebut berwarna putih sedangkan ekornya saja yang hitam. Karena berbeda pendapat, mereka berdua bertaruh, siapa yang tebakannya salah akan menjadi budak. Mereka berencana untuk menyaksikan warna kuda itu besok sekaligus menentukan siapa yang salah.
Sang  Kadru menceritakan masalah taruhan tersebut kepada anak-anaknya. Anak-anaknya mengatakan bahwa ibunya sudah tentu akan kalah, karena warna kuda tersebut putih belaka. Sang Kadru pun cemas karena merasa kalah taruhan, maka dari itu ia mengutus anak-anaknya untuk memercikkan bisa ke ekor kuda tersebut supaya warnanya menjadi hitam. Anak-anaknya menolak untuk melaksanakannya karena merasa perbuatan tersebut tidak pantas. Sang Kadru yang marah mengutuk anak-anaknya supaya mati ditelan api pada saat upacara pengorbanan ular yang diselenggarakan Raja Janamejaya. Mau tak mau, akhirnya anak-anaknya melaksanakan perintah ibunya. Mereka pun memercikkan bisa ular ke ekor kuda Uccaihsrawa sehingga warnanya yang putih kemudian menjadi hitam. Akhirnya Sang Kadru memenangkan taruhan sehingga Sang Winata harus menjadi budaknya.
Sementara itu, telur yang diasuh Sang Winata menetas lalu munculah burung gagah perkasa yang kemudian diberi nama Garuda. Sang Garuda mencari-cari kemana ibunya. Pada akhirnya ia mendapati ibunya diperbudak Sang Kadru untuk mengasuh para naga. Sang Garuda membantu ibunya mengasuh para naga, namun para naga sangat lincah berlari kesana-kemari. Sang Garuda kepayahan, lalu menanyakan para naga, apa yang bisa dilakukan untuk menebus perbudakan atau meruwat ibunya. Para naga menjawab, kalau Sang Garuda mampu membawa tirta amerta ke hadapan para naga, maka ibunya akan dibebaskan atau diruwat. Sang Garuda menyanggupi permohonan tersebut.
Singkat cerita, Sang Garuda berhasil menghadapi berbagai rintangan dan sampai di tempat tirta amerta. Pada saat Sang Garuda ingin mengambil tirta tersebut, Dewa Wisnu datang dan bersabda, “Sang Garuda, jika engkau ingin mendapatkan tirta tersebut, mintalah kepadaku, nanti pasti aku berikan”. Sang Garuda menjawab, “Tidak selayaknya jika saya meminta kepada anda sebab anda lebih sakti dari pada saya. Karena tirta amerta anda tidak mengenal tua dan mati, sedangkan saya tidak. Untuk itu, berikanlah kepada saya anugerah yang lain”. Dewa Wisnu berkata, “Jika demikian, aku memintamu untuk menjadi kendaraanku, sekaligus menjadi lambang panji-panjiku”. Sang Garuda setuju dengan permohonan tersebut sehingga akhirnya menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Kemudian Sang Garuda terbang membawa tirta, namun Dewa Indra tidak setuju kalau tirta tersebut diberikan kepada para naga. Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut akan diberikan kalau para naga sudah selesai mandi.
Sampailah Sang Garuda ke tempat tinggal para naga. Para naga girang ingin segera meminum tirta amertha namun Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut boleh diminum jika para naga mandi terlebih dahulu. Para naga pun mandi sesuai dengan syarat yang diberikan, tetapi setelah selesai mandi, tirta amerta sudah tidak ada lagi karena dibawa kabur oleh Dewa Indra. Para naga kecewa dan hanya mendapati beberapa percikan tirta amerta tertinggal pada daun ilalang. Para naga pun menjilati daun tersebut sehingga lidahnya tersayat dan terbelah. Daun ilalang pun menjadi suci karena mendapat tirta amerta. Sementara itu Sang Garuda terbang ke surga karena merasa sudah menebus perbudakan ibunya.
Terdapat juga Prasasti yang ada di bagian belakang arca garuda dalam posisi berdiri merupakan prasasti panjang dengan angka tahun 1363 Çaka. Bunyi prasasti itu adalah sebagai berikut :
lawase rajeg wesi duk pinerp kapeteg dene wong medang ki hempu rama karubuh alabuh geni harbut bumi kacaritane babajang mara mari setra hanang tang bango 1363Ç

b.      Fragmen Sudamala
Relief ini terletak di bagian selatan pelataran teras ketiga dan bersumber dari Kidung Sudhamala. Cerita Sudamala mengisahkan tentang Sadhewa, salah satu dari satria kembar di antara kelima satria Pandawa, yang berhasil meruwat (menghilangkan kutukan) dalam diri Dewi Uma, istri Bathara Guru. Dewi Uma dikutuk oleh suaminya karena tidak dapat menahan kemarahannya terhadap suaminya yang minta untuk dilayani pada saat yang menurutnya kurang layak. Karena menunjukkan kemarahan yang meluap-luap, Sang Dewi dikutuk dan berubah wujud menjadi seorang raksasa bernama Bathari Durga. Bathari Durga yang menyamar sebagai Dewi Kunthi, ibu para Pandawa, mendatangi Sadewa dan meminta satria itu untuk meruwat dirinya. Kisah tersebut dituangkan dalam lima panel relief.
Relief pertama menggambarkan Dewi Kunti palsu yang merupakan penyamaran Bathari Durga yang mendatangi Sadewa dan meminta satria itu ‘meruwat’ (menghilangkan kutukan) dirinya. Relief kedua menggambarkan ketika Bima, kakak Sadewa, berperang dengan seorang raksasa. Tangan kiri Bima mengangkat tubuh raksasa, sedangkan tangan kanannya menancapkan kuku Pancanaka (senjata pusaka Bima) ke perut lawannya.

Pada relief kedua juga terdapat prasasti lengkap dengan angka tahun, dipahat pada sudut kiri atas. Prasasti itu terdiri atas tiga baris. Bunyi prasasti itu adalah sebagai berikut : Padamel rikang buku tirta sunya 1361.
Relief ketiga menggambarkan Sadewa, yang menolak untuk ‘meruwat’ Bathari Durga, diikatkan ke sebuah pohon. Di hadapannya berdiri Bathari Durga yang mengancamnya dengan menggunakan sebilah pedang. Relief keempat menggambarkan pernikahan Sadewa dengan Dewi Pradhapa yang dianugerahkan kepadanya karena berhasil ‘meruwat’ Bathari Durga. Relief kelima menggambarkan Sadewa beserta pengiringnya menghadap Dewi Uma yang telah berhasil diruwat.

c.       Fragmen Bima Bungkus
Dewi Kunti melahirkan bayi Bima di hutan Mandalasana di atas batu kumalasana yaitu sebuah batu kali atau batu sungai yang besar. Anehnya bayi Bima terlahir masih terbungkus kulit ari yang luar biasa kuat, liat dan tak bisa sobek. Itu membuat ayahnya, yaitu Pandu dan seluruh keluarganya resah dan bingung. Segenap alat dan senjata tak mampu menyobek atau memecahkan kulit ari yang membungkus bayi Bima.
Abiyasa kakek Bima sudah mengetahui bahwa proses kelahiran Bima yang terbungkus itu sebetulnya merupakan proses penggemblengan dari para dewa agar Bima nantinya akan menjadi ksatria sejati penegak dharma. Abiyasa meminta Dewi Kunti dan seluruh dayangnya meninggalkan hutan itu dan membiyarkan bayi Bima sendirian di atas Batu.
Di Balai Marcukundha-kahyangan para dewa sedang membicarakan kelahiran Bima. Bethara Guru dan permaisurinya Bethari Uma dihadap Bethara Narada, Bethara Bayu, Gajahsena, dan dewa lainnya. Bethara Guru memutuskan mengutus Bethari Uma, Bethara Narada, Bethara Bayu, dan Gajahsena supaya turun ke hutan Mandalasana dan membuka kulit ari yang membungkus bayi Bima.
Rombongan para dewa itu sampailah di hutan Mandalasana, mereka menemukan bayi Bima yang masih terbungkus kulit ari tergeletak di atas batu besar tanpa ada yang menunggu. Bethari Uma segera melaksanakan perintah Bethara Guru, ia menembus masuk ke dalam kulit ari bayi Bima tersebut secara gaib dan memasang pakaian “Busana Bang Bintulu” kepada si bayi.
Setelah itu Bethara Narada memerintahkan Gajahsena merobek bungkus bayi itu dengan gadingnya. Gajah putih menusukkan gadingnya, dengan sekali tusuk, kulit pembungkus bayi itu robek. Keluarlah bayi dari pembungkusnya dan sudah berpakaian poleng. Terkena udara bebas, Bima mendadak tumbuh besar menjadi seorang pemuda. Tanpa diduga si bayi menendang dengan keras gajah putih yang berdiri di hadapannya. Gajahsena terpental terkena tendangan Bima, gajah itu berubah menjadi asap dan masuk ke dalam tubuh Bima, menyatu menjadi kesaktian Bima.

d.      Fragmen Nawaruci
Relief Nawaruci / Bima Suci  yang terpahat di candi sukuh merupakan sebuah cerita yang bersumber dari Kitab Nawaruci atau disebut juga Kitab Sang Hyang Tattwajnana karya Empu Siwamurti, ditulis antara tahun 1500-1619 Masehi menggunakan bahasa Jawa Tengahan yaitu bahasa yang muncul saat kejayaan Majapahit.
Fragmen ini mengisahkan Bima mencari tirta pawitra sari (air suci) atas petunjuk Durna.  Air suci itu berarti bahwa Bima ingin menyatu kembali kepada asalnya (Moksa).  Air suci tidak ditemukan tidak di jagad gedhe namun ada di dalam diri Bima sendiri, yang digambarkan dengan wujud Bima Kathik yang disebut Dewaruci. Pada saat Bima berada di gua garbha Dewaruci ia melihat samudra agung tanpa batas (samudra minang kalbu), ia tidak mengetahui arah dan menemukan kekosongan (awang uwung). Kekosongan tersebut sebagai lambang kedewataan yang disadari Bima bahwa pada hakikatnya ia berasal dari Tuhan.
Ketika itu Bima merasa kecil bila berhadapan dengan Dewaruci. Hal ini memberikan pemahaman bahwa manusia sangat kecil sekali, baik kekuasannya, kepandaiannya, kebijaksanaannya, keberadaannya bila berhadapan dengan Tuhan, sebagai konsekuensinya manusia harus secara sadar berhubungan, manembah,pasrah sumarah kepada Sang Hyang Wenang dengan jalan manusia harus berbuat sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pada waktu Bima berada di gua garbha Dewaruci ia menyaksikan berbagai peristiwa seperti:
(1) Pada raga manusia terdapat panca indra yang mampu menanggapi ciptaan-Nya. Tanggapan akan ciptan- Nya tersimpan rapi di dalam hati sanubari manusia, yang menjadi wadah semua tanggapan itu dalam bentuk bayangan beraneka warna. Warna  itulah simbol isi hati sanubari jiwa manusia sebagai pola-pola pengalaman kehidupan manusia (sastra cetha tanpa tulis), menuntun raga manusia menuju kemuliaan sejati.
(2) Catur Warnasebagai pencerminan pangkal batin manusia dan mewarnai perangai manusia, yaitu terdiri dari:
(a) warna hitam lambang kegelapan, kebodohan, dan kegusaran
 (b) warna merah melambangkan tindakan yang didasarkan atas hawa nafsu dan tidak bijaksana
 (c) warna kuning melambangkan tindakan manusia menuju ke perusakan dan merintangi keselamatan
 (d) warna putih melambangkan kesucian dan kebahagian sejati.

Jadi melalui fragmen Bima Suci/Dewaruci/Nawaruci yang ada di Candi Sukuh kita dapat memahami bahwa keberadaan manusia di dunia tidaklah ada dengan sendirinya namun diciptakan Tuhan. Sifat Tuhan adalah transenden, sedangkan manusia sebagai mahluk adalah imanen. Manusia sekali waktu perlu ber – nawaruci yaitu nutupi babahan hawa sanga (= nawa) = menutupi sembilan lubang yang ada dalam diri manusia agar menjadi suci dan “mati sajroning urip, urip sajroning mati” atau dengan kata lain melaksanakan Brata (mengekang hawa nafsu) agar bisa bersatu  dengan Tuhannya.

Dengan tekat dan bathin yang kuat juga hati yang bersih, Garudeya, Sadewa, dan Bima berhasil menuntaskan tugasnya. Semoga pesan dari relief yang ada di candi Sukuh dapat menjadi bekal bagi seluruh umat manusia, dan tidak di salah artikan.

KEISTIMEWAAN CANDI SUKUH

Banyak yang berpendapat bahwa bangunan candi sukuh hampir mirip dengan tiga situs peradaban Suku Maya yakni Chichen Itza dan Chacchoben di Meksiko, serta Candi Tikal di Guatemala. Juga sering dikaitkan tentang ajaran membangun situs – situs ini dengan ajaran dari alien. Namun jika di lihat lebih jauh, sangat banyak sekali perbedaan antara candi sukuh dengan situs suku maya, dan tidak ada hubungan sama sekali dengan alien.

Sistem tata letak candi sukuh yang rumit namun penuh keteraturan  ini berhubungan dengan  kemampuan dan kehebatan  dari leluhur Jawa.  Serta didorong dengan  kepercayaan tentang pencapaian tertinggi dari nilai-nilai sepiritualitas dan religi yang  dimanifestasikan dalam candi. Seakan menggambarkan perjalanan hidup manusia dari kelahiran hingga menuju alam kesempurnaan.

Candi Sukuh merupakan salah satu candi Hindu yang letaknya berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Solo.jauh 
.
Situs candi ini diketahui penemuanya kembali pertama kali oleh Johnson, residen Surakarta, tahun 1815 pada masa Britania Raya di pulau Jawa. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa Britania Raya berlalu, pada tahun 1842 seorang arkeolog Belanda bernama Van der Vlis melakukan penelitian dan hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam bukunya  yang berjudul Prove  Eener  Beschrijten op Soekoeh en  Tjeto. Pada tahun 1864-1867 penelitian terhadap candi  dilanjutkan oleh Hoepermans dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889  Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel  dan WF. Stutterheim pada tahun 1910.

Bentuk bangunan Candi Sukuh memang tergolong istimewa, karena sangat berbeda dengan candi Hindu lainnya di Pulau Jawa. Candi Hindu biasanya berbentuk bujur sangkar bangunannya menjulang tinggi dengan kaya ornamen yang rumit dan pusatnya berada di tengah. Namun Candi Sukuh justru memiliki bentuk lebih sederhana seperti piramida trapesium dan diperkirakan struktur bangunan Candi Sukuh merupakan perpaduan agama Hindu dengan budaya Megalitikum asli Jawa, yaitu punden berundak. Tata letak Candi Sukuh ini memiliki tiga struktur teras yang bertingkat dan makin meninggi, bangunan utama terletak paling ujung dan paling tinggi, tidak berada ditengah seperti candi-candi lainnya.

Banyak yang menyebut Candi Sukuh sebagai candi yang paling erotis, dikarenakan banyaknya patung dan relief lingga dan yoni (kelamin pria & wanita), baik secara simbolis maupun naturalis. Menurut masyarakat Jawa, Lingga Yoni merupakan lambang kesuburan dan relief-relief itu melambangkan kesucian antara hubungan wanita dan pria. Melalui relief ini terkandung pesan bahwa hubungan pria dan wanita bukan tentang melampiskan hawa nafsu, tapi merupakan sesuatu yang sangat sakral yaitu merupakan cikal bakal kehidupan manusia.

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan teras, dimana semakin kebelakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama,  dibagian atas gapura terdapat relief kepala Kala berjenggot, tidak seperti relief kala di candi lain yang tidak memiliki jenggot. Pada pipi gapura sebelah utara terdapat relief  raksasa sedang menelan orang, diperkirakan sebagai sengkalan memet yang berbunyi gapura buta mangan wong = 1359 Saka. Pipi gapura sebelah selatan terdapat relief  raksasa sedang menggigit ekor ular, diperkirakan sebagai sengkalan memet  berbunyi gapura buta anahut buntut = 1359 Saka. Dibagian lantai dasar gapura pertama terdapat relief berbentuk phallus (penis) yang menempel pada vagina (lingga Yoni) yang dibingkai dengan tali yang melingkar di sekelilingnya. Simbol ini juga merupakan sengkalan memet yang berbunyi “Wiwara Wiyasa Anahut Jalu “. Wiwara artinya goa suci, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk”, Anahut artinya mencaplok, dan Jalu berarti laki-laki. bisa di temui angka tahun 1359 Saka. Selepas gapura, terdapat beberapa  relief manusia yang menunggang kuda, kerbau, dan manusia yang menaiki gajah dan diiringi babi hutan.

Banyak pendapat bahwa Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Namun juga beredar mitos perempuan dapat diketahui status keperawanannya dari melewati gapura ini. Jika lewat dan kembennya melorot (kemben = salah satu busana adat jawa), perempuan itu diyakini sudah tidak gadis.  Namun kini kini pintu gapura dipasangi pagar kayu dan digembok, hal Ini untuk menghindari praktik dari kepercayaan yang salah akan mitos uji keperawanan perempuan di pintu gapura tersebut.

Sebuah gapura  berupa susunan batu persegi, tanpa ornamen dan relief dan tanpa atap dengan enam anak tangga menjadi pintu ke teras kedua. Di teras ini bisa ditemui tiga bentuk relief yang  menggambarkan seorang pria dengan pajangan berbagai senjata di depannya, kemudian relief gajah dengan ikat kepala (gajah pendeta) yang menggigit ekor, dan sosok Pande Besi (pengrajin peralatan yang terbuat dari besi). Ada yang berpendapat bahwa relief gajah yang berada ditengah merupakan sengkalan  yang  berbunyi “gajah wiku anahut buntut” (Gajah pendeta menggigit ekor). relief ini dapat diartikan sebagai tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Angka tahun ini memiliki selisih hampir dua puluh tahun dengan tahun dibangunnya gapura pertama Candi.

Namun ada pendapat lain yang mengatakan relief tersebut menggambarkan tentang fungsi candi sukuh juga sebagai tempat penggemblengan para prajurit dan kesatria jaman dahulu. Gajah yang mengenakan ikat kepala dan menggigit ekor hewan melambangkan sosok yang kuat namun sudah menjadi pendeta, dan akan memegang teguh janjinya. Pande besi dan seorang pria dengan pajangan berbagai senjata melambangkan proses penempaan besi menjadi senjata yaitu penggemblengan manusia agar memiliki jiwa kesatria.

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.  Secara garis besar relief – relief yang terpahat di candi Sukuh terbagi menjadi empat  yaitu Fragmen Garudeya, Fragmen Sudhamala, Fragmen Bima Bungkus, dan Nawaruci.

Rabu, 18 Oktober 2017

KEUNIKAN DAN EKSOTISME CANDI MERAK

Candi Merak memang tidak setenar dan semegah Candi Prambanan. Mengingat bangunannya yang tingginya hanya 12 meter dan terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke timur dan tiga candi perwara yang semua menghadap ke barat ke arah candi induk, ini tergolong candi yang kecil. Namun  candi merak juga masih dijadikan tempat beribadatan pemeluk agama Hindu. Setiap  bulan Januari, dilokasi ini digunakan untuk menjalankan upacara hari raya Saraswati. Candi Merak terletak di Dukuh Candi, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten. Yang menjadikan semakin unik, lokasi candi ini terletak di tengah-tengah pemukiman warga.
Candi ini dibangun pada zaman Mataram Hindu, era pemerintahan Wangsa Syailendra yang menganut agama Hindu Syiwa. Candi ini ditemukan semasa hindia-belanda sekitar tahun 1925. Berdiri di lahan yang ditumbuhi sebatang  pohon joho raksasa, dan bangunan candi sebagian besar tertimbun dalam tanah tepat di bawah pohon tersebut. Namun rindangnya  pohon Joho raksasa ini menyebabkan banyak burung merak senang bertengger diatas pohon, bahkan burung-burung merak juga membuat sarang di sekitar candi.
Suatu ketika pohon joho raksasa tersebut roboh karena dimakan usia. Di akar-akar  pohon besar itu ternyata tersimpan reruntuhan lain dari badan candi  beserta arca dan bebatuan lainnya. Kala itu candi yang ditemukan itu belum memiliki nama, mengingat lokasi candi  dijadikan sebagai sarang burung Merak maka candi tersebut  dinamakan “Candi Merak”.

Beberapa keunikan candi merak adalah  keberadaan arca Ganesha pada sisi luar badan candi. Arca Durga di relung candi memiliki enam tangan karena pada umumnya arca Durga yang ditemukan di Indonesia kebanyakan memiliki delapan tangan. Makara berbentuk kepala ular karena umumnya di candi-candi di Indonesia, makaranya berbentuk kepala naga. Relief lembu, naga, dan kura-kura pada bagian yoni, Yoni dengan relief seperti ini termasuk langka karena biasanya yoni digambarkan polos atau dilengkapi dengan ornamen naga, namun disini terdapat relief lembu, naga, dan kura-kura pada yoni ; lembu merupakan kendaraan Siva sementara kura-kura dan yoni sebagai lambang penyangga dunia. Relief tersebut menceritakan kebesaran Siva sebagai Mahadewa.

Candi Merak mengaalami tiga tahap pemugaran. Tahap pertama pemugaran pada tahun 2007 pada bagian kaki. Tahap kedua pada tahun 2010 pada tubuh candi. Tahap ketiga pada tahun 2011 pada atap candi. Saat dilakukan pemugaran, banyak struktur batu yang diganti, hal tersebut dikarenakan kondisi batu-batuan yang lama sudah banyak yang rusak dan tidak bisa dipakai untuk mendirikan candi. Kondisi Candi Merak saat ini terlihat sangat indah dan terawat sehingga sangat potensial dikelola untuk pariwisiata, sebagai sarana edukasi para pecinta sejarah, dan sangat bagus juga bagi para pecinta fotografi.




Candi Plaosan Lambang Toleransi dan Cinta Sejati

Jawa Tengah adalah salah satu privinsi di Pulau Jawa yang menyimpan jutaan sejarah tentang peradaban umat manusia. Betapa tidak, letaknya...