Sebagian orang & sebagian penggemar tosan aji menganggap keris ini diciptakan unt keperluan sesaji, khususnya unt kegiatan adat upacara selamatan, bersih desa, atau unt upacara tolak bala, upacara tolak pagebluk maupun paceklik, serta upacara² lainnya yg berhubungan dgn kegiatan ritual unt menolak hal² buruk.
beberapa kalangan jg menganggap keris Puthut Sajen ini sebagai keris sekali pakai. Karena usai dipakai dlm acara upacara² adat seperti disebutkan diatas, keris ini kemudian di kubur dlm tanah / di tempat² tertentu ataupun di larung di sungai/danau/laut.
Hal tsb di kuatkan dgn di temukannya keris puthut sajen pd stupa utama Candi Borobudur ketika dilakukan pemugaran sekitar tahun 1842. Sepertinya keris yg di temukan tersebut saat ini berada di Museum Nasional.
Namun dibalik tampilan keris puthut sajen yg kecil dgn gonjo iras serta hulu keris berbentuk mirip orang yg sedang duduk dan terlihat sangat sederhana ini, kebanyakan terbuat dr material yg bagus serta memiliki nilai filosofi yg luar biasa.
Ada yg menjelaskan,
dlm tradisi Sunda Kuno, kata Sajen berasal dr kata sesaji yg mengandung makna "Sa-Ajian".
Jika dijabarkan sbb :
Sa : bermakna tunggal
Sa : jg bermakna Seuneu, bara / Api (aura - energi)
Ajian : bermakna Ajaran
Sa-Ajian bermakna ajaran yang Tunggal atau menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sesajen dpt mengisyaratkan bahwa Keganasan atau Kedinamisan alam, bisa diatasi / ditangani dgn upaya menyatukan diri dgn alam atau seirama dgn alam, bukan malah merusak alam / bernafsu menguasai alam,
Sesajen Juga disimbolkan sebagai penyatuan manusia dengan alam serta rasa syukur kepada alam dan Sang Pencipta.
Sehingga Keris Puthut Sajen bermakna mengimplementasikan pemahaman ajaran ke-Tuhan-an dlm kehidupan sehari² dgn sebaik²nya unt kebaikan lahir dan bathin manusia.
Jadi...
masihkah menganggap keris puthut sajen merupakan keris yg biasa² saja ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar